Desa Sukerare Dengan Kunikan Budaya Serta Indahnya Kain Songket
Desa sukarare adalah salah satu destinasi wisata tua di pulau Lombok tepatnya berlokasi di Kabupaten Lombok Tengah, awalnya tumbuh dan berkembang secara organik, diperkenalkan oleh seorang wisatawan asing asal prancis bernama fredrick pada tahun 1969.
Seiring waktu Desa sukarara yg kini kurang lebih telah berumur setengah abad dikenal sebagai objek wisata dengan spesifikasi kerajinan tenun songket khas suku sasak, dengan umur yg begitu lama destinasi ini idealnya penduduk yg berjumlah kurang lebih 11.000 orang dengan jumlah KK sekitar 3.650 orang adalah hidup mapan dan sejahtra namun demikian faktanya secara tabulasi data angka kemiskinan di Desa ini sangat tinggi, merujuk dari data terlawas yg dikeluarkan pemdes secara presentasi ternyata angka kemiskinanya mencapai 70 persen sekitar 2.651 KK hidup dibawah garis kemiskinan.
Berdasarkn itu maka kegiatan wisata yg terjadi didesa ini sejatinya tidak berdampak ekonomi secara massive kepada penduduknya, padahal jumlah penenun yg terjaring data baru2 ini berjumlah sekitar 1.791. dan saya yakin jumlah itu bisa lebih berdasarkn jumlah KK ketika di asumsikan satu KK ada satu penenun, maka angkanya akan berjumlah kurang lebih sekitar 3000an lebih penenun.
Bahkan juga desa ini tercatat sebagai penenun terbanyak seprovinsi NTB mungkin bisa jadi kalau ada data penenun Nasional desa ini adalah sebagai kampung tenun dengan masyarakat pengerajin tenun terbanyak secara Nasional dan itu bisa saja terjadi setelah tekumpul data pengerajin se Indonesia.
Maka dari data tersebut kini kami telah mulai merintis mengaplikasikan CBT (Community Based Tourism) pariwisata berbasis masyarakat demi menjaga keberlansungan penenun juga Sustainable Tourism, meski angka atau data kemiskinan yg mayoritas tadi dengan banyaknya jumlah penenun yg masih menjaga kelestarian warisan leluhurnya bersifat paradoks namun menjaga dan memelihara keberlansungan dari kegiatan pariwisata maupun aktifitas menenun harus di rawat dan dijaga, maka dengan dipermudahnya secara regulasi oleh pemerintah hari ini, kini BUMDES hadir sebagai fasilitator yg membantu untuk menjawab problem para penenun trkait dengan bahan baku maupun pemasaran.
Dengan memanfa'atkan tingginya kunjungan wisatawan ke Desa Sukarara kini BUMDES sebagai pengepul induk dengan membayar hasil kerajinan masyarakat secara cash berdasarkn kemampuan keuangan desa lalu dipasarkan ke artshop2 yg telah membuat komitmen antara BUMDES dengan pihak artshop.
Salah satu artshop yg mulai merintis kegiatan ini adalah Bahri Artshop dan kedepan setelah adanya kesamaan persepsi dengan pelaku artshop lainnya maka tidak menutup kemungkinan semua artshop adalah mitra BUMDES yg membantu masyarakat pengerajin, dengan harapan goals yg ingin kita capai adalah kegiatan pariwisata yg terjadi di Desa ini bisa berdampak lansung kepada masyarakat juga secara tidak lansung sebagai penggenjot PEADES Desa sukarara yg dirasakan masyarakat melalui pembangunan maupun pemberdayaan, karena selama ini dari kegiatan pariwisata yg sudah lama berkembang ternyata hanya menguntungkan kelompok kecil dan ini mengancam kepunahan para pengerajin juga tidak bisa mewujudkan pariwisata berkelanjutan atau sustainable Tourism.
Semua ini kita lakukan demi tercapainya Sustainable Tourism tidak saja bicara Desa sukarara tapi juga pariwisata Lombok NTB, dan kami berharap kawan2 pelaku wisata mulai membuka mata terkait carut marut yg selama ini terjadi yg dapat merugikan pihak masyarakat yg kita exploitasi.
Keunikan Desa Tenun Sukerare Lombok Tengah
Salah satu desatinasi budaya di Lombok Tengah yang tekenal dengan ciri khasnya yaitu memproduksi kain tenun khas Suku Sasak Pulau Lombok ini memiliki keunikan yang berbeda dengan dengan destinasi budaya lainnya di Lombok.
1. Gadis Wajib Memenun Sebelum Menikah
Bagi para gadis di desa ini di wajibkan belajar menenun dengan peralatan tenun tradisonal itulah syarat yang harus di lalui para gasi di desa sukerare untuk bisa menikah.
2. Hasil tenun Unik Khas Suku Sasak
Dari kebanyakan hasil tenun yang di hasil kan pengerajin tenun di Pulau Lombok hanya di desa sukerare yang memiliki hasil tenun yang begitu khas dengan keindahan suku sasak.
3. Pembuatan Kain Tenun dengan Alat Tradisonal
Kain tenun yang di produksi di desa sukerare menggunakan alat tradisional yang selembar kain tenun bisa menghabiskan waktu berbulan – bulan untuk mendapatkan hasil yang indah dan sempurna.
4. Keunikan Rumah Adat Suku Sasak
Setiap Wisatawan yang berkunjung ke desa ini dapat melihat keunikan Rumah Adat Tradisional Suku Sasak dan selain itu Wisatawan bisa mencoba menggunakan baju khas tradisional suku sasak untuk berfoto di depan Rumah Adat Suku Sasak.